Minggu, 13 November 2011

FOTOSINTESIS PADA PERCOBAAN INGENHOUZ


BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL PENELITIAN
           Fotosintesis Tumbuhan Hydrilla Pada Percobaan Ingenhousz
B. WAKTU
           Penelitian dilakukan pada hari senin, 31 Oktober 2011
C. TUJUAN PENELITIAN
           1. Membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen
2. Mengamati faktor – faktor  yang mempengaruhi fotosintesis pada tumbuhan hydrilla
D. LANDASAN TEORI
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas tepatnya di dalam membran dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).
Fotosintesis merupakan suatu proses biokimia yang kompleks yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Kloroplas adalah organel khusus yang dimiliki oleh tanaman, berbentuk oval. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung enzim-enzim yang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. 
 Fotosintesis dikenal sebagai suatu proses sintesis makananan. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang. Pada prinsipnya  komponen yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis adalah CO2 yang berasal dari udara dan H2O yang diserap dari dalam tanah.
            Menurut Stone (2004), reaksi fotosintesis dapat diartikan bahwa enam molekul karbondioksida dan enam molekul air bereaksi dengan bantuan energi cahaya matahari untuk dirubah menjadi satu molekul glukosa dan enam molekul oksigen. Glukosa adalah molekul yang dibentuk sebagai hasil dari proses fotosintesis yang di dalamnya tersimpan hasil konversi energi cahaya matahari dalam bentuk ikatan – ikatan penyusun molekul tersebut. Glukosa merupakan senyawa karbon yang nantinya digunakan bersama elemen – elemen lain di dalam sel untuk membentuk senyawa kimia lain yang sangat penting bagi organism tersebut, seperti DNA, protein, gula dan lemak. Selain itu, organisme dapat memanfaatkan energi kimia yang tersimpan dalam ikatan kimia di antara atom – atom penyusun glukosa sebagai sumber energi dalam proses – proses di dalam tubuh.
Namun pada perkembangan berikutnya diketahui bahwa proses fotosintesis adalah sebagai berikut:
6 CO2 +  12 H2O ® C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O
            Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.
            Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yaitu antara 400 (cahaya violet) nm dan 700 nm (cahaya merah). Pigmen penangkap cahaya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin.
Klorofil mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang 400 – 500 nm (violet dan cahaya biru) dan 600 – 700 nm (orange dan cahaya merah). Pigmen tersebut menyebabkan warna hijau pada tumbuhan. Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
Karotenoid mengabsorpsi cahaya, terutama dengan panjang gelombang 400 sampai 500 nm. Kuning, oranye, dan merah merupakan warna yang direfleksikan oleh karotenoid sehingga memberikan warna tersebut pada wortel, jeruk, tomat, dan daun tumbuhan tertentu.
Fikobilin hanya ditemukan pada sianobakteri fotosintetik dan alga merah. Pigmen tersebut mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang 450 – 650 nm.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi, Setiap pusat reaksi dikelilingi oleh 250 – 350 pigmen antena. Pada umumnya, pigmen antenna tumbuhan merupakan klorofil, sedangkan sisanya merupakan karotenoid. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat. Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
            Selama reaksi terang, klorofil bersama dengan pigmen – pigmen lain di dalam kloroplas menyerap energi cahaya matahari dan mengkonversinya menjadi energi kimia yang disimpan dalam ikatan kimia penyusun glukosa. Energi yang diserap merupakan energi kaya elektron yang nantinya akan terlibat dalam serangkaian rantai reaksi yang disebut transport elektron.
            Menurut stone (2004), air melalui reaksi terang akan dipecah (fotolisis) menjadi proton, electron dan O2. Proton dan elektron yang dihasilkan dari pemecahan ini bergabung dengan senyawa aseptor elektron NADP+ (nikotinamid adenosin dinucleotid phosphat) membentuk NADPH. Beberapa proton bergerak melalui membran kloroplas, dan energi yang dibentuk berupa ATP (Adenosin triphospat). NADPH dan ATP adalah komponen yang masuk ke dalam reaksi gelap (siklus Calvin), yang merubah molekul CO2 menjadi molekul gula berantai karbon tiga, energi kimia hasil konversi dari energi cahaya matahari tersimpan dalam senyawa karbon tersebut.
            Pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia melalui dua cara. Cara pertama membentuk sebuah siklus (reaksi siklik), yaitu elektron kembali ke pusat reaksi asalnya. Cara kedua tidak membentuk siklus (reaksi nonsiklik). Pada cara nonsiklik, elektron berenergi ditransfer ke NADH dan tidak dikembalikan ke pusat reaksi. Kedua cara aliran elektron tersebut dihasilkan di dalam proses fosforilasi (ADP + Pi ® ATP) sehingga dinamankan fotofosforilasi siklik dan fotofosforilasi nonsiklik. Istilah siklik atau nonsiklik berkaitan dengan cara pengaktifan elektron; foto karena energi cahaya digunakan untuk mengaktifkan elektron dan fosforilasi karena membentuk ATP.
            Fotofosforilasi Siklik, hanya fotosistem I yang bekerja selama fotofosforilasi siklik. Energi cahaya diabsorpsi oleh pigmen antena dan disalurkan dalam pusat reaksi P700. Fotoeksitasi elektron yang berasal dari P700 diteruskan ke suatu akseptor elektron kemudian dipancarkan lagi ke system transpor elektron yang mengembalikan elektron ke pusat reaksi yang sama (P700). Molekul ATP disintesis sebagai hasil dari perjalanan siklus elektron tersebut.
            Fotofosforilasi Nonsiklik, Fotoeksitasi elektron dalam fotofosforilasi nonsiklik mengalir di sepanjang garis lurus. Elektron ditranspor mulai dari air, melalui sejumlah molekul, dan akhirnya ke NADP+ untuk membentuk NADPH. Hasil transpor di antra molekul – molekul juga berupa ATP.
            Seperti halnya fotofosforilasi siklik, aliran elektron nonsiklik dimulai ketika energi cahaya diabsorpsi oleh pigmen fotosintetik. Fotosistem I dan II berperan dalam aliran nonsiklik dan keduanya diaktivasi secara terus - menerus. Energi yang diabsorpsi oleh fotosistem II didorong ke pusat reaksi P680 sehingga mendorong dua elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron berenergi tersebut diteruskan ke molekul akseptor elektron fotosistem II. Oksidasi di pusat reaksi P680 sekarang memiliki daya tarik tersebut menarik satu elektron dari masing- masing aton hydrogen molekul air sehingga molekul air terpisah. Prose situ disebut foto lisi (foto= cahaya; lisis = memisah).
            Saat fotolisis, dua hydrogen yang dipisahkan dari atom – atom hydrogen  mengisi kekosongan elektron di P680. Dua proton tertinggal di dalam kantong tidakoid dan dibebaskan aton oksigen untuk bergabung membentuk O2.
            Kelompok elektron berenergi yang dilepaskan dari P680 ke akseptor diputar lagi ke sistem transpor elektron. Elektron tersebut dikirim ke pusat reaksi P700 fotosistem I. Akan tetapi, mengapa P700 menerima elektron ? Ingat bahwa cahaya jatuh tepat pada fotosistem I dan II dalam waktu yang  bersamaan. Oleh karena itu, seperti peristiwa yang berlangsung di fotosistem II, energi cahaya juga diabsorpsi oleh fotosistem I. Elektron yang diaktifkan oleh P700 ditranspor ke sebuah akseptor elektron. Hal tersebut mengakibatkan kekosongan dua elektron di dalam pusat reaksi oksidasi P700. Elektron yang bergerak dari P680 fotosistem II akan mengisi kekosongan tersebut.
            Molekul akseptor elektron fotosistem I menerima elektron berenergi dari P700 kemudian diteruskan ke rantai transpor yang lain. Molekul terakhir di dalam rantai akan memancarkan elektron ke NADP+ untuk membentuk NADPH.
            Reaksi gelap (siklus Calvin), Siklus Calvin menggunakan ATP dan NADPH yang dihasilkan oleh reaksi terang untuk mereduksi karbon dioksida menjadi gula. Siklus Calvin terjadi di dalam kloroplas sel eukariotik pada permukaan tilakoid di lapisan stroma dan di dalam stroma itu sendiri.
            Tiga macam reaksi sintesis yang sudah diidentifikasi pada tumbuhan adalah C3, C4, dan CAM. Tiga reaksi sintesis beserta jalur siklik menghasilkan glukosa, tetapi berbeda dalam hal cara penggabungan awal CO2 dengan molekul akseptor karbon.
           

a) Sintesis C3
            Sekitar 80% tumbuhan menggunakan cara sintesis C3 untuk membentuk glukosa. Seluruh tipe reaksi sintesis (C3, C4, dan CAM) diawali dengan fiksasi CO2, yaitu menggabungkan CO2 dengan sebuah molekul akseptor karbon. Akan tetapi dalam sintesis C3, CO2 difikasi ke gula berkarbon lima, yaitu ribulosabifosfat (RuBP) oleh enzim karboksilase RuBP (rubikso). Molekul berkarbon enam yang terbentuk tidak stabil dan segera terpisah menjadi dua molekul fosfogliserat (PGA). Molekul PGA merupakan karbohidrat stabil berkarbon tiga yang pertama kali terbentuk shingga cara tersebut dinamakan sintesis C3.
            RuBP + CO2     rubikso   2 PGA
            Molekul PGA bukan molekul berenergi tinggi. Dua molekul PGA mengandung energi yang lebih kecil dibandingkan dengan satu molekul RuBP. Oleh karena itu, fiksasi CO2 berlangsung secara spontan dan tidak memerlukan energi dari reaksi cahaya.
            Untu menyintesis molekul berenergi tinggi, energi dan elektron dari ATP ataupun NADPH hasil reaksi terang digunakan untuk mereduksi tiap PGA menjadi fosfogliseraldehida (PGAL). Masing -  masing dari dua molkeul PGA mengalami reduksi menjadi PGAL dalam dua tahap, yaitu:
                                    ATP                             ADP + Pi
                       
                                    PGA ® PGAP ® PGAL

                                NADPH + H+                       NADP+
                Dua molekul PGAL yang dihasilkan dapat membentuk satu molekul glukosa.
                                    5 PGAL                          3 RuBP

                                                3 ATP      3 ADP + Pi
            Siklus Calvin tetap berlanjut jika terdapat regenerasi RuBP. Untuk tiga puataran siklus Calvin, lima molekul PGAL digunakan untuk membentuk kembali tiga molekul RuBP.
b) Sintesis C4
            Sintesis C4 diawali fiksasi CO2 oleh enzim karboksilase PEP ke fosfoenol piruvat (PEP) di kloroplas jaringan mesofil. Produk fiksasi CO2 adalah oksaloasetat, yaitu asam berkarbon empat.
                                    RuBP + CO2 karboksilase PEP  PEP
            Bergantung pada spesies tumbuhan, oksaloasetat diubah menjadi malat, aspartat malat, kemudian ditranspor dari kloroplas berkas sel selubung. Malat kemudian dibuah menjadi piruvat dengan membebaskan CO2. Molekul CO2 masuk ke dalam siklus Calvin, sedangkan piruvat berdifusi ke jaringan meosofil dan bergabung dengan sebuah fosfat yang berasal dari ATP untuk memperbarui PEP.
            Pada suhu 45 0C atau lebih tinggi tumbuhan dengan sintesis C4 menghasilkan enam kali lebih banyak glukosa dibandingkan tumbuhan C3. Tumbuhan C4 juga melakukan sintesis lebih baik dibandingkan tumbuhan C3 pada lingkungan yang kekurangan air dan nutrisi yang terbatas.
            Perbedaan tumbuhan C4 dengan tumbuhan C3 adalah cara kedua tumbuhan memfikasi CO2. Pada tumbuhan C3, CO2 hanya difikasi RuBP oleh karboksilase RuBP. Karboksilase RuBP hanya bekerja jika jumlah CO2 berlimpah. Enzim karboksilase RuBP tidak dapat memfiksasi CO2 pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi CO2 normal di atmosfer sehingga pada kondisi tersebut sintes glukosa terhenti. Pada sintesis C4, enzim karboksilase PEP memfiksasi CO2 pada akseptor karbon yang lain, yaitu PEP. Karboksilase PEP memiliki daya ikat yang lebih tinggi terhadap CO2 dibandingkan kaboksilase RuBP. Oleh karena itu, meski kadar CO2 sangat rendah masinh dapat terfiksasi ke PEP oleh enzim karboksilase PEP.
            Sistem C4 bekerja pada konsentrasi CO2 yang jauh lebih rendah (1-2 ppm) dibandingkan sistem C3 yang berhenti berfungsi pada konsentrasi CO2 kurang dari 50 ppm. Oleh karena itu, tumbuhan C4 dapat menutup stomata dan mengurangi kehilangan air, tetapi tetap memperoleh CO2 baru untuk fotosintesis. Tumbuhan C4 teradaptasi pada habitat dengan suhu siang yang tinggi, kelembapan tanah yang rendah, dan cahaya matahari yang terik.
            Daun tumbuhan C4 memiliki ciri – ciri khusus yang disebut anatomi kranz . Daun tersebut mengandung jaringan mesofil dan berkas sel selubung. Kedua bentuk sel tersebut  mengandung kloroplas. Berkas sel selubung pada tumbuhan C3 dan CAM tidak mengandung kloroplas.
c) Sintesis CAM
            Crassulacean acid metabolism (CAM) merupakan mekanisme yang paling sedikit terjadi. Secara biokimia, sintesis CAM identik dengan sintesis C4, semua reaksi dipisahkan oleh waktu yang merupkan faktor sangat penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan CAM pada lingkungan kering.
            Sintesis CAM merupakan suatu adaptasi metabolic pada kondisi lingkungan yang khusus. Beberapa tumbuhan CAM ditemukan di daerah gurun yang kering dan bersuhu tinggi. Air dalam jumlah sangat besar dapat hilang dari dalam tumbuhan ketika tumbuhan gurun membuka stomata untuk memperoleh CO2. Akan tetapi, sintesis CAM membantu menghemat persediaan air dengan memisahkan waktu antara fiksasi CO2, reaksi terang dan siklus Calvin.
            Tumbuhan CAM membuka stomata pada malam hari untuk mengambil CO2 (bandingkan dengan tumbuhan C3 dan C4 yang membuka stomata selama siang hari). Pada malam hari, tumbuhan CAM aktif mengambil CO2 yang terfiksasi ke PEP membentuk aksaloasetat. Oksaloasetat diubah menjadi malat kemudian malat dipindahkan dari kloroplas ke vakuola untuk disimpan. Pada waktu yang bersamaan, malat perlahan – lahan dihilangkan dari vakuola dan kembali lagi ke kloroplas. Malat diuraikan menjadi CO2 dan piruvat. Karbon dioksida terfiksasi ke RuBP dan siklus Calvin dimulai lagi.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen. Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.
            Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dam polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama – sama untuk membentuk dimer, trimer dan lain – lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).
E. Rumusan Masalah
            1. Apakah benar tumbuhan hydrilla melakukan fotosintesis?
            2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi fotosintesis?
BAB II
KEGIATAN
A.      Alat dan Bahan
1. Alat :
·      Gelas kimia
·      Tabung reaksi
·      Corong gelas
·      Stopwatch

2. Bahan  :

·    Tumbuhan Hydrilla verticillata
·    Air
·    NaHCO3
·         Kawat

B.     Cara Kerja
1.  Masukkan tumbuhan Hydrilla verticillata sebanyak 4 batang dengan ukuran yang sama ke dalam corong gelas.
2.  Isi tabung reaksi dengan air sampai penuh
3.  Isi gelas kimia dengan air sampai penuh
4.  Masukkan corong yang telah diisi Hydrilla verticillata ke dalam gelas kimia, usahakanlah tumbuhan Hydrilla verticillata tidak keluar dari corong 
5.  Siapkan tabung reaksi yang telah terisi air
6.  Gabungkan tabung reaksi dengan corong
7.  Kemudian berikan perlakuan sebagai berikut:
a.  Tempatkan rangkaian pada tempat teduh selama 10 menit (yang terbagi atas 5 menit pertama dan 5 menit ke 2).
b.  Tempatkan rangkaian pada tempat terkena sinar matahari langsung selama 10 menit (yang terbagi atas 5 menit pertama dan 5 menit ke 2).
c.  Terakhir masukan NaHCO3   pada rangkaian percobaan kemudian larutkan dan tempatkan rangkaian yang telah diberi NaHCO3 tersebut 5 menit pertama pada tempat teduh dan 5 menit ke dua pada tempat yang terkena sinar matahari langsung
8.   Dari tiga perlakuan diatas,  amati peristiwa yang akan terjadi.
9.   Masukkan data yang diperoleh ke dalam tabel.
10.  Setelah percobaan selesai bersihkan alat-alat yang telah digunakan dan letakan kembali dalam laboratorium.
Untuk lebih jelas tentang rangkaian percobaan imgenhousz perhatikan gambar dibawah ini:
http://biologi.blogsome.com/images/ingenhousz1.JPG


C.    Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan.
No.
Perlakuan
Waktu
Jumlah Gelembung
1.
Tempat Teduh
5 menit ke-1
23
5 menit ke-2
42
2.
Cahaya matahari langsung
5 menit ke-1
52
5 menit ke-2
60
3.
Tempat teduh+ NaHCO3
5 menit ke-1
100
Cahaya matahari langsung+ NaHCO3
5 menit ke-2
756

D. PEMBAHASAN
            Tumbuhan Hydrilla verticillata adalah jenis tumbuhan air yang banyak ditemukan di daerah tropis. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di kali – kali dekat pemukiman warga. Tumbuhan hydrilla memiliki warna hijau yang menandakan bahwa tumbuhan hydrilla adalah tumbuhan yang berklorofil.
            Adapun fungsi dari klorofil adalah mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang 400 – 500 nm (violet dan cahaya biru) dan 600 – 700 nm (orange dan cahaya merah). Pigmen tersebut menyebabkan warna hijau pada tumbuhan. Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
            Dari pengamatan yang kami lakukan dalam pengamatan fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hydrilla, bahwasannya banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan tersebut. Terutama pada jumlah cahaya yang didapat dan bahan kimia yang dapat mempercepat reaksi fotosintesis tersebut (NaHCO3).
            Pada pengamatan kami, cahaya yang minim matahari menyebabkan tumbuhan hydrilla hanya mengeluarkan gelembung sejumlah 23 sampai dengan 42 gelembung perlima menit.
            Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang minim didapat sehingga klorofil pada tumbuhan Hydrilla mensintesis sedikit gelembung, dimana gelembung disini  menandakan adanya oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan hydrilla dalam proses fotosintesis.
            Pada 5 menit pertama, tumbuhan Hydrilla yang diletakkan pada tempat teduh menghasilkan 23 gelembung , dikarenakan klorofil memperoleh cahaya matahari yang sedikit dan juga jumlah CO2 (karbon dioksida) yang minim. Sedangkan kita ketahui bersama bahwa fotosintesis itu dapat terjadi karena adanya CO2, air dan cahaya yang cukup untuk menghasilkan oksigen yang optimum.
            Kemudian tumbuhan hydrilla yang diberikan perlakuan yang terkena sinar mahatari langsung, tumbuhan hydrilla menghasilkan 52 gelembung sampai dengan 60 gelembung perlima menit.
             Jumlah gelembung yang dihasilkan menandakan telah terjadinya fotosintesis pada tumbuhan Hydrilla yang menghasilkan oksigen. Pada 5 menit pertama, hydrilla menghasilkan 52 gelembung dikarenakan cahaya matahari yang didapat cukup baik dalam fotosintesis tumbuhan tersebut, dan juga karbon dioksida yang didapat sudah mencukupi dalam reaksi fotosintesis, namun disini sebagaimana kita ketahui bahwa menurut pendapat C.B. van Neil yang mengatakan bahwa oksigen yang dihasilkan dalam fotosintesis bukanlah dari CO2 melainkan hasil dari proses fotosintesis yang berasal dari air.
            Namun antara CO2 dan air tidak dapat dipisahkan, karena kedua bahan dasar ini sangat dibutuhkan dalam fotosintesis.
            Pada 5 menit kedua, tumbuhan hydrilla mengahasilkan 60 gelembung, jumlah ini lebih banyak dari pada jumlah oksigen yang dihasilkan pada 5 menit pertama. Hal ini dapat dipengaruhi oleh penyerapan air yang dilakukan oleh tumbuhan hydrilla tersebut dan juga sinar matahari yang membantu proses fotosintesis pada tumbuhan hydrilla, bukannya pada CO2 yang didapat.
            Kemudian perlakuan yang diberikan NaHCO3 pada tempat teduh pada tabel diatas dapat kita lihat pada 5 menit pertama pada tempat teduh, gelembung yang dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan hydrilla lebih banyak dari pada perlakuan sebelumnya, hal ini dikarenakan NaHCO3 disini berfungsi mempercepat reaksi fotosintesis, sehingga hanya dalam waktu 5 menit gelembung yang dihasilkan berjumlah 100 gelembung.
            Namun pada 5 menit kedua pada tempat yang terkena sinar matahari langsung, ternyata gelembung yang dihasilkan lebih banyak dari pada perlakuan – perlakuan sebelumnya yaitu sebanyak 756 gelembung. Hal ini membuktikan bahwa NaHCO3 berfungsi mempercepat reakasi fotosintesis pada tumbuhan hydrilla.
             


BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
            Tumbuhan Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang berklorofil, ternyata tumbuhan ini mampu berfotosintesis, terbukti pada pengamatan yang kami lakukan, bahwa tumbuhan Hydrilla veriticillata menghasilkan oksigen pada setiap perlakuan yang kami berikan. Namun pada kondisi normal yang tidak terkena sinar matahari tenyata tumbuhan ini hanya menghasilkan sedikit oksigen. Menandakan bahwa matahari langsung sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis tumbuhan ini, dan ternyata pada tumbuhan Hydrilla verticillata dalam proses fotosintesisnya dapat dipercepat dengan menggunakan bahan kimia yaiut NaHCO3. Terbukti ketika kami menambahkan NaHCO3 oksigen yang dihasilkan sangatlah banyak, berbeda jauh dari kondisi sebelumnya yaitu saat tumbuhan tersebut belum ditambahkan NaHCO­3.

B.       Saran
Penelitian yang anda lakukan akan lebih sempurna hasilnya, apabila anda melakukan sesuai dengan prosedur yang sesuai seperti di atas. Namun yang perlu kami ingatkan pada saat melakuakan penelitian ini, sehingga mendapatkan data yang lebih kongkrit adalah sebagai berikut:
1.         Periksalah kembali bahan-bahan yang di butuhkan.
2.         Lebih teliti dan cermat pada saat penelitian.
3.        Pada saat penelitian diharapkan kelompok anda tidak membuat keributan, agar pengamatan dapat berjalan dengan lancar dan tidak membuang waktu.
Demikianlah saran yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin mencoba penelitian ini dan mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Terima Kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar